Menyaksikan Bulan Stoberi di Bulan Juni

Administrator

- 25 Juni 2016, 06:55 WIB

ORANG-ORANG berkumpul dan bersukaria di Stonehenge yang berada di Salisbury Plain, Inggris, 21 Juni 2016. Pada tanggal itu mereka merayakan titik balik matahari. Matahari bersidar sekitar 17 jam atau yang disebut dengan Strawberry Moon.*

PERNAH dengar istilah ‘strawberry moon’ atau bulan stroberi? Di Indonesia fenomena seperti ini memang tidak pernah ada, sehingga hampir tidak dikenal. Bulan stroberi hanya dapat dinikmati di negara empat musim. Itu pun yang letaknya di bagian utara garis khatulistiwa. Penampakan bulan stroberi sebenarnya adalah fenomena yang menandai titik balik matahari, yaitu ketika matahari bersinar di langit selama 17 jam atau lebih. Baru terbenam ketika waktu sudah memasuki jam delapan atau jam sembilan malam. Lazimnya peristiwa ini terjadi setiap tanggal 21 Juni. Mengapa disebut bulan stroberi? Menurut The Telegraph, sebutan ini berasal dari suku-suku kuno Algonquin yang mendiami Amerika Utara. Mereka memakai purnama di bulan Juni sebagai almanak musim panen stroberi. Warna bulannya sendiri memang tidak biasa, mulai dari amber, pink, hingga merah darah. Bulan stroberi berwarna pink sendiri jarang terjadi. Pernah didokumentasikan pertama kali pada tahun 1967. Bagi masyarakat yang tinggal wilayah empat musim, bulan stroberi tidak hanya sekedar pemandangan. Melainkan sebuah awal perayaan besar, yaitu festival titik balik matahari. Salah satu tempat yang biasa dijadikan tempat perayaan titik balik matahari adalah Stonehenge di Wiltshire, Inggris. Festival ini berlangsung selama empat hari setiap tahunnya. Dua hari sebelum dan dua hari sesudah 21 Juni. Sejak awal kemunculan bulan stroberi hingga berakhirnya titik balik matahari. (Salwa Nurvidya)***